Bulan yang lalu, tepatnya tanggal 11-13 Mei 2012 FIMA (Federation of Islamic Medical Assocation) bekerja sama dengan Departemen Dakwah Bidang Pembangunan Umat BPU DPP PKS melaksanakan pelatihan dampak bahaya HIV/AIDS yang diadakan di Vila Ratu Caringin-Bogor Jawa Barat mengundang 50 peserta yang berasal dari seluruh propinsi se-Indonesia. Pelatihan ini menghadirkan pakar penyakit kelamin dan HIV/AIDS Prof. Dr Abdul Hamid Qudha, B.Sc, M.Sc, M.Phil, Dp.Bact, Ph.D (U.K) berkebangsaan Jordania dan Dr. Muhammad Syalabi yang berkebangsaan Mesir namun berdomisili di Riyadh Arab Saudi. Dalam kesempatan yang sama juga mengundang pemateri dari Komite Penanggulangan Aids Nasional (KPAN) Halik Sidik Asisten Departemen Kelembagaan KPAN.
Pemilihan tempat acara di Puncak bogor lebih menarik, karena peserta akan diajak untuk menikmati indahnya alam segar Bogor. Banyak warga Jakarta menghabiskan waktu libur mereka untuk berekreasi ke Puncak walaupun posisi tempat acara bukan di puncak melainkan di Suka bumi. Kami sempat bertanya kepada panitia tentang peristiwa jatuhnya pesawat sukhoi, dan ternyata gunung tempat kami tinggal sangat dekat dan bagian dari gunung Salak.
Pembahasan mengenai Aids dimulai dengan pengenalan tentang bakteri atau Mikroba, yang berada dalam tubuh manusia sekitar 40-45 Milyar Anti Bodi yang berguna bagi sistem tubuh manusia dan mempermudah proses penghancuran jasad manusia setelah meninggal di dalam kubur. Acara dibuka oleh Anggota DPR-RI Komisi XI, H. Anshar Siregar, Lc yang pernah mempertanyakan Menteri Kesehatan RI tentang jumlah anggaran kesehatan yang mencapai 30 Triliyun namun belum menyentuh pencegahan penyakit-penyaki yang semakin hari semakin beragam. Beliau menegaskan bahwa usulan dari komisi XI hampir senada dengan motto FIMA adalah “al-wiqayatu afdhalu minal ‘ilaj”, Mencegah lebih baik dari pada mengobati. Belum lagi permasalahan HIV/AIDS yang sampai saat ini belum ada obatnya, bahkan memunculkan penyakit-penyakit kelamin yang ganas, misalnya Syphilis, Seilend, Gonorrhea, Chlamydia, Herpes geniteli, Kondiloma akuminata,.
Dalam persentasinya Prof. Dr Abdul Hamid Qudha menyampaikan bahwa bakteri yang diasumsi oleh kalangan medis sebagai salah satu penyebab penyebaran penyakit kelamin yang mematikan itu (Hiv/Aids) adalah makhluk Allah. Dari Jutaan triliyunan lebih jumlah bakteri atau microba yang ada di alam semesta ini, 87 % nya adalah bakteri bermanfaat dan membantu manusia, ada 10 % bakteri yang dapat menimbulkan penyakit bagi manusia bila kekebalan atau imunitas tubuhnya menurun karena ketidak seimbangan pola hidup, adapun bakteri berbahaya dan mematikan itu hanya 3 % saja. Namun Allah Sang Pencipta bakteri yang berbahaya dan mematikan ini menetapkan bakteri ini tidak akan berpindah melalui makanan, minuman, udara, dan air, tetapi ia menular melalui hubungan di luar nikah atau lebih dikenal dengan zina.
Hasil survei dunia tentang pola penularan HIV/AIDS, menegaskan bahwa: 72 % menular melalui prilaku sek bebas (homo/lesbi), 8 % menular melalui perselingkuhan, 8 % melalui penggunaan obat-obatan terlarang, 4 % melalui transfusi darah, dan 8% melalui cara yang belum terdeteksi. Dari jumlah total penularan HIV/AIDS di atas berarti , 88% penularanya melalui prilaku yang diharamkan di dalam agama Islam yaitu : Zina dan Khamr / Narkoba (yang memabukkan).
Di Amerika, penyebaran HIV/AIDS disebabkan karena penyimpangan seksual (Homo, Lesbian) mencapai angka 58%, karena penggunaan obat-obat terlarang 25 %, disebabkan oleh perzinaan / selingkuh 8 %, dan melalui cara yang belum terdeteksi 8 %, sementara melalui transfusi darah hanya 1%. Dari total jumlah penularan HIV/AIDS, 91% ditularkan melalui perbuatan yang diharamkan di dalam agama Islam.
Sedangkan di Inggris, hasil penelitian Prof Qudha, penularan HIV/AIDS melalui penyimpangan seksual mencapai 57 %, Zina 26 %, Obat-obatan terlarang 8 %, penularan dari ibu yang terkena Aids 2 %, transfusi darah 4%, dan melalui cara yang belum terdeteksi sekitar 3 %. Jadi sekitar 91 % penularan Aids di Inggris juga melalui perbuatan yang dilarang di dalam agama Islam.
Apakah Kondom Solusi ?
Dunia sedang gencar-gencarnya mengampanyekan tentang pemakaian kondom agar terhindar dari HIV/AIDS. Namun pertanyaannya adalah, benarkah kondom itu merupakan solusi jitu ?. Prof. Qudha menegaskan bahwa pori-pori kondom setelah diteliti lebih besar dari pada bakteri HIV/AIDS.
Menurut penelitian medis kondom terbuat dari teknologi karet lateks memiliki pori-pori berdiameter 0.003 mm, sementara ukuran jenis Virus HIV berdiameter 0.000001 mm. Bahkan Mer C menunjukkan data sebagai berikut : Ukuran pori-pori kondom adalah 1/6 micron, sementara ukuran Virus HIV adalah 1/250 micron
Dari data tersebut, sudah pasti virus HIV akan bebas keluar masuk melalui pori-pori kondom tersebut. Terangnya.
Jadi, pemakaan kondom bukanlah solusi jitu untuk menurunkan angka penularan HIV/AIDS. Hal ini diakui oleh Halik Sidik dari KPAN mengatakan bahwa kondom adalah solusi terakhir untuk menurunkan angka penyebaran HIV/AIDS yang bisa kami lakukan secara medis. Karena selain murah juga relatif mudah, namun beliau juga berharap besar pada solusi agama, karena solusi apapun tidak akan efektif jika manusia tidak memiliki komitmen terhadap moral dan nilai yang luhur.
Di akhir acara Prof. Qudha menyampaikan pesan bahwa amanah untuk memakmurkan dunia ini adalah amanah Allah yang harus diemban manusia, oleh karena itu mulai dari sekarang kita didik anak-anak kita sebagai generasi yang akan mewarisi dunia ini agar selalu terikat dengan nilai-nilai agama dan berprilaku Islami, sehingga penduduk bumi akan menilai dan melihat bahwa Islam adalah agama solusi. Wallahu ‘alamu.