dakwatuna.com – Delegasi lintas agama yang terdiri atas pemuka agama-agama di AS menemui Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Negara, Jakarta, Rabu (22/2/2012). Rombongan yang terdiri atas 13 pemuka agama yang mewakili tiga elemen komunitas Yahudi, Kristen (Katolik dan Protestan), dan Islam di AS itu menemui Presiden untuk menyampaikan misi perdamaian guna mengubah paradigma dunia terhadap peran agama.
“Saat ini agama dianggap sebagai sumber konflik, semua perpecahan yang terjadi dipicu oleh sentimen keagamaan,” kata Imam Masjid Pusat Kegiatan Islam (Islamic Center) New York, Shamsi Ali, salah satu wakil dari komunitas Islam.
Shamsi mengatakan, adanya pandangan negatif tidak bisa dielakkan karena banyak pihak yang memang mengatasnamakan agama dalam tindakannya. “Harus diakui bahwa konflik yang terjadi entah itu di Timur Tengah, Asia Selatan, Asia Tenggara, bahkan di Indonesia dipandang sebagai masalah keagamaan,” katanya.
Ia menambahkan, delegasi tersebut ingin membawa nuansa baru tentang peranan agama yang sesungguhnya, yakni sebagai sumber harmoni dan perdamaian bagi umat manusia. Selain itu, delegasi antarumat beragama itu juga membawa misi khusus untuk mengatasi konflik di Timur Tengah antara Palestina dan Israel.
Harapan dunia
“Kami ingin menyampaikan kepada Indonesia sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia agar tidak lagi pasif atau berada di belakang layar, tetapi harus berada di garis depan untuk menciptakan perdamaian di Timur Tengah,” kata Shamsi.
Imam Masjid Islamic Centre New York kelahiran Makassar, Sulawesi Selatan, itu juga mengatakan, secara pribadi ia membawa misi untuk merombak pola pikir masyarakat internasional bahwa Islam selalu identik dengan Timur Tengah. “Meskipun Islam memang lahir di Timur Tengah, tetapi bukan berarti selalu identik dengan kawasan itu. Islam itu universal,” katanya.
Shamsi mengatakan, ia ingin mengenalkan Islam yang lebih ramah dan humanistis, salah satunya dengan menunjukkan Islam tidak bertentangan dengan demokrasi. Islam di Indonesia, menurutnya, menjadi harapan saat ini.
“Indonesia merupakan negara berpenduduk terbanyak keempat di dunia, negara demokrasi terbesar setelah AS dan China, kita harus menunjukkan Islam di Indonesia dan dunia tidak bertentangan dengan demokrasi, begitu pun sebaliknya,” ujarnya.
Dia menambahkan, umat Muslim di Indonesia seharusnya menunjukkan sikap bahwa Islam sejalan dengan modernitas, termasuk di dalamnya adalah persamaan dan pemberdayaan semua umat tanpa ada bias gender. “Kita harus memperkenalkan Islam Indonesia yang demokratis, modern, lebih bersahabat, dan sejuk,” kata Shamsi.
Delegasi tersebut tiba di Jakarta pada Selasa (21/2/2011) dan telah mengunjungi Pesantren Darun Najah di Jakarta Pusat. Setelah mengunjungi Jakarta, delegasi tersebut akan melanjutkan membawa misinya ke Jordania untuk menemui Raja Abdullah II serta ke Jerusalem untuk menemui Presiden Palestina Mahmoud Abbas dan Presiden Israel Simon Perez. (ANT/KCM)