Tidak semua yang membangun akan menikmati hasil. Tetapi mereka yang membangun pondasi, memiliki saham terbesar dalam sebuah pembangunan, meski mereka mungkin tak akan sempat menikmati megahnya istana keberhasilan itu. Bahkan bisa jadi terlupakan.
Tiga orang itu tidak akan pernah terhapus dalam sejarah penyatuan dan kebangkitan Jepang. Setelah hampir 2 abad lamanya Jepang terjebak dalam perang saudara yang berdarah-darah, 3 orang itu memiliki mimpi yang sama: Menyatukan Jepang.
Oda Nobunaga. Toyotomi Hideyoshi. Tokugawa Ieyasu.
Oda Nobunaga adalah putra mahkota klan Oda penguasa Provinsi Owari. Setelah ayahnya wafat, Nobunaga memimpin klan dan menetapkan target setinggi langit: Menyatukan Jepang. Artinya Nobunaga harus siap berhadapan dengan klan-klan penguasa provinsi lainnya yang terkenal lebih matang: Takeda, Uesugi, Mori, Tokugawa.
Namun begitulah Nobunaga. Penyatuan harus dimulai. Berbekal keberanian yang cenderung nekad bahkan brutal, sedikit demi sedikit Oda berhasil mengalahkan klan-klan terkuat Jepang untuk memaksa mereka tunduk dibawah panji Oda.
Toyotomi Hideyoshi adalah pemuda pendek buruk rupa yang berbeda denga Nobunaga yang bangsawan, Hideyoshi hanyalah anak petani miskin dari Provinsi Owari. Petani adalah kasta rendahan dalam sistem sosial Jepang kala itu, jauh dibawah kelas Samurai. Hideyoshi yang periang dan cerdik itu bermimpi menyatukan Jepang. Entah bagaimana caranya.
Mula-mula Hideyoshi memulai karirnya sebagai pembawa sandal Nobunaga, mengabdi kepada klan Oda. Karena loyalitas dan ketangkasan Hideyoshi, ia diangkat menjadi pegawai di dapur lalu naik menjadi pengurus kuda para samurai. Saat tiba pertempuran antar klan, Hideyoshi menjadi penjaga kuda yang kemudian terlibat dalam pertempuran. Nobunaga melihat potensi kecerdikan Hideyoshi lalu mengangkatnya menjadi samurai yang lambat laun Hideyoshi menjadi orang kepercayaan Nobunaga dan memimpin sejumlah pasukan. Menjadi seorang Jenderal.
Nobunaga bersama Hideyoshi yang berkoalisi dengan Tokugawa menjadi pasukan tak terkalahkan. Namun, Ketika Nobunaga hampir mengalahkan semua klan untuk proyek penyatuan Jepang, Nobunaga dikhianati salah satu Jenderalnya; Akechi Mitsuhide. Nobunaga dibunuh di Kuil Honoji saat beristirahat dengan beberapa pengawalnya.
Hideyoshi yang tengah menjalankan misi di timur, segera kembali dan menumpas pasukan Akechi Mitsuhide sampai ke akar-akarnya. Hideyoshi lalu melanjutkan kepemimpinan Nobunaga dan menjadi “Taiko”, Pemimpin Jepang.
Era perang saudara berakhir. Jepang bersatu dibawah kepemimpinan Hideyoshi.
Namun, saat Hideyoshi meninggal, penerusnya tidak bisa mempertahankan legitimasi kekuasaan. Tokugawa Ieyasu, yang sabar, pendiam dan bijak mengambil kesempatan itu lalu menjadi shogun dan mendirikan keshogunan Tokugawa yang berhasil menciptakan perdamaian selama 2,5 abad dan menjadi jembatan ke Jepang Modern.
“Nobunaga menumbuk padi, Hideyoshi menanak nasi, dan Ieyasu memakannya tujuh turunan”
Perjuangan kebangkitan selalu dimulai oleh orang yang pemberani, dituntaskan oleh orang yang cerdik dan disempurnakan oleh orang yang bijak.
Kisah mereka diabadikan dalam puisi yang diajarkan ke anak-anak Jepang:
“Jika seekor burung tak mau bernyanyi; apa yang harus kita lakukan?”
“Bunuh saja!”, sahut Nobunaga.
“Buatlah agar ia ingin bernyanyi”, seru Hideyoshi.
“Tunggu!”, kata Ieyasu.
*Subhan Triyatna – Humas PKS Kab. Cirebon