Lebih Dekat Dengan Elang Kusnandar (3)
Karena ketiadaan biaya, meski meraih nilai tinggi dan mendapatkan kesempatan masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) tanpa tes karena telah diterima lelalui PMDK, Elang Kusnandar Prijadikusuma tidak mengambil kesempatan itu. Ia lebih tertarik untuk mengikuti pendidikan yang menjanjikan ikatan dinas, seperti Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN).
Karena keputusannya itu, Kusnandar sempat bersitegang dengan ibunya yang merasa sayang jika kesempatan diterima di IPB tanpa tes tidak ia ambil. Kenarahan ibunya baru berhenti setelah ibunya dipertemukan dengan guru Bimbingan dan Penyuluhan (BP) yang berusaha menjadi penengah dan menjelaskan jika minat Kusnandar melanjutkan pendidikan memang bukan ke IPB. Kepada guru BP-nya Kusnandar mengaku ingin bersekolah di STAN.
Ia terobsesi dengan temen kakaknya yang telah bwersekolah di STAN. Menurut temen kakaknya itu, sekolah di STAN bukan saja gratis bahkan sudah mendapatkan gaji sejak masih bersekolah. karena cerita teman kakaknya itulah ia sangat terobsesi untuk bisa bersekolah di STAN.
“Di STAN selain gratis kamu juga akan mendapatkan gaji dan fasilitas lainnya,”ujarnya, menirukan kata – kata teman kakaknya.
Dengan tekadnya yang kuat, Kusnandar – pun mengikuti tes untuk masuk STAN. Namun nasib berkehendak lain, dalam tes itu ia gagal. Bahkan ujian masuk perguruan tinggi negeri yang ia ikuti di tahun itupun gagal. Akibatnya ia sempat menganggur di tahun itu. Ia sempat melamar ke beberapa instansi seperti Kantor Pos dan Garudan Indonesia, namun semuanya gagal.
Dalam keadaan menganggur, obsesi Kusnandar untuk bersekolah di STAN tidak pernah padam. Sambil membantu ibunya yang yang waktu itu membuka usaha catering, ia belajar dengan keras.”Bantu ibu menyiapkan cateringsampai siang, siang sampai sore saya ke perpustkaan pelajar di jalan Saleh untuk belajar dari contoh – contoh soal tahun kemarin yang pernah di ujikan,”tutur Kusnandar.
Waktu itu ibunya tinggal di jalan Saleh, Kota Cirebon , sambil membuka usaha catering. Meski ia tidak mengikuti bimbingan belajar seperti anak – anak mampu lainnya, namun hampir setiap hari Kusnandar pergi ke perpustakaan untuk berlatih soal dari buku yang ada di perpustakaan tersebut.
Orang Tua Asuh
Berkat ketekunan dan kegigihannya itu, pada tahun berikutnya akhirnya Kusnandar diterima di STAN jurusan perpajakan.Diluar pengetahuannya, ternyata STAN mulai membayar gaji mahasiswanya mulai tahun ke dua. Itupun jika mahasiswa tersebut berhasil naik tingkat, karena STAN memberlakukan system DO bagi mahasiswa yang tidak naik tingkat.
“Untunglah seorang tetangga di jalan Saleh mau mengangkat saya jadi anak asuhnya. Namanya Pak Amir, kebetulan beliau anggota DPRD kota Cirebon. Saya di biayai hingga melewati masa satu tahun di STAN,”ujarnya.
Di tahun kedua, saat ia telah menerima uang saku dari STAN, ia mendatangiorang tua angkatnya untuk mengucapkan terima kasih dan meminta untuk tidak mengirimkan uang lagi karena ia telah mendapatkan uang saku. Bahkan dari uang sakunya itu ia juga dapat membantu biaya sekolah adik – adiknya.
“Saya terinspirasi dari surat Al Baqoroh bahwa Allah akan memuliakan seseorang itu karena dua hal, pertama beriman, kedua beilmu,”ujarnya.
Kusnandar sangat yakin janji Allah dalam surat Al Baqoroh yang akan meninggikan derajat orang beiman dan berilmu.
Karena hal itulah tekadnya untuk terus bersekolahtidak pernah padam walau ia mengalami masa – masa sulit. Selain untuk dirinya sendiri, tekad untuk sukses juga dilandasi karena keinginannya membantu adik – adiknya agar bisa mengenyam pendidikan lebih baik.
Selesai menamatkan pendidikan di STAN, Kusnandar sempat bekerja di Kantor Pusat Direktorat Jendral Pajak selama enam bulan. Namun karena kebijakan komputerisasi yang akan diterapkan dalam kantor Dirjen Pajak, semua pegawai laki – laki dipindahkan ke luar jawa, dan Kusnandar di tempatkan di Ternate oleh kantornya. (Bersambung……..)
Harian Fajar Cirebon Edisi Rabu, 30 Mei 2012