Melihat Sisi Lain Anggota Dewan yang Tetap Hidup Sederhana Rumah Dijual untuk Pesantren, Motor pun Tidak Punya Jadi anggota dewan identik dengan “OKB,” orang kaya baru. Mobil baru, rumah baru, motor baru—bahkan mungkin ada juga yang istrinya baru. Namun ada juga anggota dewan yang tetap hidup dalam kesederhanaan. Satu diantaranya di DPRD Kabupaten Cirebon periode sekarang H Ahmad Aidin Tamim SPdi yang tetap bersahaja. Mulyanto SWA, Sumber BERDASARKAN informasi yang diperoleh Rakyat Cirebon anggota DPRD Kabupaten Cirebon periode 2004-2009 ada yang begitu sangat sederhana dalam aktvitas kesehariannya. Dia adalah Faturokhman anggota DPRD dari PPP. Kini partai terserbut tak punya wakil di DPRD Kabupaten Cirebon. Pria asal kecamatan Susukanlebak itu setiap hari berangkat ke gedung dewan selalu menggunakan sepeda motor terkadang naik angkutan umum. Nah, kini tak ada satu pun anggota DPRD yang menggunakan motor. Namun yang tetap terbilang sederhana diantaranya adalah H Ahmad Aidin, anggota DPRD dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) periode 2009-2014. Meskipun menjadi wakil ketua komisi III DPRD Kabupaten Cirebon tidak menjadikan dirinya buta diri menjadi orang kaya. Ia mengaku saat ini motor saja tidak punya. “Di DPRD Kabupaten Cirebon rata-rata sudah memiliki mobil pribadi, cuman saya saja yang hanya bisa memakai mobil dinas. Motor saya tidak punya,” ujarnya. Aidin menuturkan ia pernah memiliki rumah sendiri. Namun karena merasa prihatin dengan dunia pendidikan di Kabupaten Cirebon akhirnya rumah yang menurutnya sangat sederhana tersebut dijualnya seharga Rp50juta. Lantas uang tersebut digunakan untuk membangun pondok pesantren di daerah Tukmudal Kecamatan Sumber. “Rumah satu-satu yang berada di Perbutulan dijual untuk membangun pondok pesantren demi keberlangsungan pendidikan di Kabupaten Cirebon,” paparnya. Aidin menambahkan, secara pribadi persoalan perjuangan mengenai perkembangan pendidikan Kabupaten Cirebon tidak bisa diupayakan semaksimal mungkin. Meskipun menjadi anggota dewan yang seharusnya memiliki kewenangan untuk membuat kebijakan terkait hal itu. “Daripada jadi anggota dewan tidak bisa memperjuangkan persoalan dunia pendidikan. Mendingan berbuat sendiri saja dengan menjual rumah untuk membangun pesantren,”tuturnya. Sementara itu, mobil yang selama ini dipakainya hanya sekadar titipan sementara. Menurutnya, jika ada masyarakat membutuhkan mobil tersebut terbuka lebar untuk dipakai. Asalkan, waktunya tidak bentrok dengan jadwal kerjanya sebagai anggota dewan. “Mobil sekarang dipakai merupakan mobil dinas, jadi siapapun yang membutuhkan bisa memakainya. Setelah selesai menjadi anggota dewan semuanya akan diserahkan kepada negara. Maka, akan kembali lagi menjadi masyarakat biasa. Saya berkomitmen tidak ada sepeser pun uang Negara yang dikorupsi,” pungkasnya. Hidup dengan satu istri Lili Sutarmi dan keempat anaknya. Aidin pun tampaknya fokus terhadap pendidikan. Dua anaknya yang besar kuliah di Al Azhar Cairo, Mesir semuanya beasiswa. Satu anaknya lagi masih SD. Semoga bisa dicontoh.(*) Harian Rakyat Cirebon, Rabu 7 Maret 2012 |
bersyukur apa yang ada leih baik daripada tidak bersyukur, percayalah…!
baguslah kalau seperti itu, jangan sampai sebetulnya punya mobil tapi kemudian dijual karena ada mobil dinas.
semoga tetap istiqomah dengan apa yang diperjuangkan …