Padang – Masih banyak Kepala Daerah di Republik ini yang anti korupsi. Dari Gubernur sampai ke tingkat Bupati dan Walikota. Tidak hanya tersangkut kasus korupsi, tapi Kepala Daerah tersebut juga menuai prestasi di daerah masing-masing. Sebut saja, ada Ganjar Pranowo di level Gubernur dan muncul politisi muda yang penuh humor dan jenaka yaitu Ridwan Kamil, Walikota Bandung.
Ada pula Kepala Daerah Wanita yang saat ini menjabat Walikota Surabaya, Tri Rismaharini. Bersama Yoyok Riyo Sudibyo, Bupati Batang, Risma meraih penghargaan Bung Hatta Anti Corruption Award (BHACA). Penghargaan tersebut diberikan kepada Kepala Daerah yang punya komitmen dalam hal pemberantasan korupsi.
Tidak hanya di Pulau Jawa, di Sumatera, tepatnya di Ibukota Provinsi Sumatera Barat, Kota Padang juga punya Walikota yang namanya sampai hari ini masih bersih dalam hal korupsi. Walikota tersebut bernama Mahyeldi Ansharullah. Sama halnya dengan Ridwan Kamil dan Risma, Mahyeldi juga punya sederet prestasi yang layak diacungi jempol.
Mahyeldi yang terpilih menjadi Walikota setelah menggantikan Fauzi Bahar mulai menata Kota Padang agar menjadi Kota yang beradab dan manuasiawi. Penataan dimulai dari penertiban pedagang kaki lima di sepanjang Pantai pandang yang membujur dari jembatan Siti Nurbaya sampai di belakang Pangeran Beach Hotel. Dibandingkan lima-sepuluh tahu lalu, Taplau, sebutan khasnya kian inda, apik, asri dan bersih.
Penataan tersebut tentunya mendapat penolakan dari penduduk setempat. Namun, sepertinya masyarakat yang tinggal disekitar pantai tersebut memahami maksud dan tujuan Pemko Padang untuk merelokasi pedagang yang memenuhi pinggiran pantai.
Terkait dengan relokasi dan penggusuran kawasan Perkotaan, Mahyeldi mendapat pujian dari Adhyaksa Dault. Mantan Menpora itu menghimbau kepada Kepala Daerah agar meniru Mahyeldi dalam menata daerah.
Tidak hanya Adhyaksa Dault, Sindo Weekly juga mengganjar Mahyeldi dengan penghargaan. Penghargaan itu karena keberhasilan Mahyeldi menata kota dalam waktu yang terbilang cepat. Mentri Bappenas Sofyan Djalil menyerahkan penghargaan tersebut kepada Mahyeldi pada April lalu yang bertempat di Ballroom Puri Agung, Grand Sahid Jaya Hotel.
Pada Desember 2015 lalu, Kota Padang juga meraih penghargaansebagai Kota yang peduli dengan HAM. Penghargaan tersebut diberikan oleh Menteri Hukum dan HAM (Menkumham) RI, Yassona H Laoly dalam peringatan Hari HAM Sedunia di Graha Pengayoman, Kantor Kementerian Hukum dan HAM.
Dalam hal pemberantasan koruspi, sampai hari ini nama kader Partai Keadilan Sejahtera (PKS) belum tersangku-paut dalam perkara korupsi. Dan dapat dipastikan, nama mantan Wakil Walikota Padang itu tetap bersih sampai ia meninggalkan kursi Walikota.
Garansi itu muncul karena melihat jejak rekam Mahyeldi selama mengemban jabatan publik. Mulai dari Wakil Ketua DPRD Provinsi Sumbar, Wakil Walikota hingga menjadi Walikota Padang sampai saat ini. Dan seperti kata Filsuf barat “karakter orang itu baru teruji ketika dia diberi jabatan.” Sampai hari ini, Mahyeldi telah teruji.
Yang unik dari politisi santun dan tidak suka berantem seperti ‘Gubernur itu-tu’ adalah ketika mencalonkan diri sebagai Walikota Padang, tahun 2013 lalu, jumlah kekayaan Mahyeldi hanya 250 juta rupiah. Padahal saat itu dia telah menjabat sebagai Wakil Walikota mendapingi Fauzi Bahar.
Karena aset yang terbilang minim itu, KPK kebingunngan memeriksa harta kekayaan Mahyeldi. Untuk menguatkan KPK memeriksa rekening ketiga anaknya yang kuliah di Fakultas Kedokteran Unand, Padang. Universitas Malayasia dan Universitas Pajajaran Bandung. Namun jumlah uang yang tertera di rekening ketiga anaknya itu tak lebih dari 50.000 rupiah.
Mungkin masih banyak lagi pejabat-pejabat di negeri yang anti korupsi. Pejabat yang tidak larut dalam kemewahan. Pejabat yang lupa memikirkan harta karena sibuk dalam mensejahterakan rakyat.
Republik ini butuh sosok pemimpin dan pejabat yang sibuk bekerja menuai prestasi, tidak berisik, bikin gaduh dan tentunya tidak suka berkata kasar. Dan tentunya Mahyeldi merupakan model sebuah pemimpin ideal bagi Indonesia. Semoga lahir Mahyeldi-Mahyeldi di seluruh Indonesia.
Sumber:http://indonesiana.tempo.co